Sabtu, 22 Desember 2012

SAMBITAN, eh SAMBUTAN


Saya adalah penikmat kesenian ludruk. Selama menempuh studi di Malang (2007-2012), tidak jarang setiap malam saya mendengarkan kisah-kisah ludruk yang disiarkan radio lokal. Parikan dan guyonan yang dilontarkan para pemain ludruk sering membuat perut saya sakit karena tertawa terpingkal-pingkal. Bahasa ludruk yang sederhana (bahasa suroboyoan kasar), familiar dengan realita hidup sehari-hari, namun sangat mengena itulah yang membuat saya jatuh hati.
Selain penikmat ludruk, saya juga seorang calon imam. Bermula dari itu, saya pun bermimpi supaya kelak dapat membuat parikan-parikan yang bermuatan katekese kepada umat. Siapa tahu dengan bahasa parikan, nilai-nilai iman kekatolikan lebih mudah dipahami. Siapa tahu dengan bahasa parikan, umat beriman menjadi lebih tertarik dan bangga dengan iman kekatolikannya. Siapa tahu dengan bahasa parikan, kaum muda menjadi semakin cinta akan identitas kekatolikannya. Namun siapa yang tahu bila tidak pernah dicoba?
Blog ini adalah media untuk mewujudkan mimpi itu. Entah kelak berguna atau tidak, sukses atau tidak, bermanfaat atau tidak, siapa yang peduli. Dalam hal ini saya berpegang pada prinsip Gamaliel, “Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39).
Semoga dengan mengawinkan iman kekatolikan, bahasa jawa timuran, serta seni kreatif budaya parikan, dapat lahirlah “sesuatu yang baru” yang bisa dinikmati banyak orang dari berbagai kalangan umat beriman. Bila pabrik kata-kata Joger, Dagadu, dan industri kreatif sejenis lainnya mampu memiliki para pencintanya sendiri, semoga dapat terjadi demikian pula dengan proyek ini. Meski rasanya mustahil, namun sesudah berpuluh-puluh tahun ke depan atau ketika jumlah parikan sudah mencapai seribu, mungkin saja hal itu baru terwujud. Amiinnn..., dan semoga mungkiinnn......
Dalam proyek ini, saya tidak bekerja sendiri. Saya bekerja secara tim dengan teman-teman lain. Kami sendiri menyadari bahwa kami tidak memiliki dasar sebagai seniman ludruk yang pintar parikan atau budayawan yang tahu berkesenian sehingga mohonlah dimaklumi bila segala parikan yang dipasang di sini itu banyak yang tidak sesuai dengan kaedah atau pakem parikan ludruk yang sebenarnya. Kami hanya mencoba untuk mengakrabi kekayaan iman dan sekaligus tradisi parikan. Semoga saja dapat sejalan dan minimal sedikit enak didengar.
Akhirulkalam, semoga Tuhan sendirilah yang berkenan, dan tentu juga anda sekalian. 


Tim Pengusaha PSK
(Maaf, ini bukan sejenis pekerjaan mucikari)

Sabtu, 15 Desember 2012

PSK #10



Sikile jaran jarene ono papat,
Lek ga percoyo takokno Cak Mamad.
Ben uripmu slamet dunyo akherat,
Uripo sing apik koyo mene bakale kiamat.

Mat 24:44 : “Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

PSK #9



Tuku iwak gabus nang pasar Keputran,
Tangiku kawanen sing dodol wes buyaran.
Dadi murid Yesus kudu sregep sembhayang,
Lek ga sregep sembhayang, imanmu iso ilang.

Luk  18:1 : “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.”

PSK #8



Wong gendeng senengane ga klambenan,
Lek dikandani ngguya-ngguyu medeni eram.
Dadi wong Katolik kudu sing tenanan,
Mergo Gusti Yesus kui dudu dolanan.

Luk 18:8 : “Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

PSK #7



Sore-sore mlaku nang Tunjungan,
Bengine trus dolan nang pasar Blauran.
Lek peno tresna mbek Gusti Allah Pangeran,
Ojo lali mene minggu melu misa kurban.

Lima Perintah Gereja no. 2: “Ikutlah Perayaan Ekaristi pada hari minggu dan hari raya yang diwajibkan dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu”